Tanda Baca Koma (,)





"Laa tahtaqir syai'an shagghiiran muhtaqaran. Farubbamaa asaalati ad-dama al-ibaru" (Al-Mahfudzat).
Artinya: "Janganlah meremehkan hal-hal kecil yang terhina. Bahkan sebuah jarum kecilpun mampu membuat kita berdarah. 

Pepatah Arab di atas memberikan nasihat kepada kita untuk tidak menyepelekan hal kecil.

Banyak hal penting dan besar di dunia ini berasal dari hal-hal kecil.

Sarang laba-laba di sebuah kebun merupakan inspirasi pembuatan jembatan gantung. Sebuah apel yang jatuh dari pohon memberi inspirasi penemuan hukum gravitasi. Cakar ayam menginspirasi pembuatan pondasi yang kokoh sebuah bangunan atau jembatan.

Lalu, bagaimana dengan tanda koma (,)?

"Ah untuk apa kita pikirkan tanda sekecil itu. Kita tidak tulis pun kalimat kita tidak akan kehilangan makna dan maksudnya."
Nanti dulu, nanti dulu.. ingat nasihat di awal tulisan ini.
Walau kecil tanda koma (,) sangat penting dan berpengaruh terhadap makna kalimat. Jika kita buka Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), banyak sekali fungsi penggunaan tanda koma (,) dalam tiap tulisan kita. Diantaranya sebagai berikut:

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, Kita harus berbagi dalam hidup ini.‖
Kita harus berbagi dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, karena manusia adalah makhluk sosial.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
Wow, indahnya pantai ini!‖ seru wisatawan itu.

7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang

8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.

13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Masih belum yakin tanda baca koma(,) sangat penting?

Simak contoh kalimat (1) berikut:

(1) Kucing makan tikus mati.

Contoh di atas menjadi bukti bahwa informasi yang disampaikan pada suatu kalimat menjadi multitafsir, karena tidak adanya jeda yang jelas. Jeda yang jelas ditandai adanya tanda koma pada bagian kalimat. Mengapa saya katakan kalimat di atas multitafsir? 

Sekarang saya bertanya, informasi apa yang ingin disampaikan kalimat tersebut? Tikus yang sudah mati lalu dimakan oleh kucing, atau kucing yang mati setelah makan tikus? Silakan tafsirkan sendiri!
Mungkin pemahan saya berbeda dengan pemahan anda.

Sekarang bandingkan dengan contoh kalimat (2) dan (3) berikut:

(2) Kucing makan tikus, mati.
(3) Kucing makan, tikus mati.

Pada contoh (2) sangat jelas bahwa penutur kalimat ingin menyampaikan informasi tentang kucing yang mati setelaah makan tikus.
Begitu juga pada contoh (3) sangat jelas bahwa maksud dari kalimat tersebut adalah tentang kucing yang memakan tikus yang sudah mati.

Sekarang sudah yakin?

Jika belum, kita semua harus ingat bahwa banyak sekali hal-hal besar diawali dari hal-hal kecil bahkan sepele.


SUMBER: 
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)


No comments:

Post a Comment