Pada dua tulisan sebelumnya Surat Bagian 1 dan Surat Bagian 2, sudah dibahas apa itu surat, apa fungsi surat, bagaimana bentuk-bentuk surat, klasifikasi surat, dan kriteria surat yang baik.
Kali ini akan dibahas bagian- bagian surat serta penulisannya, khususnya bagian-bagian pada surat resmi. Penting sekali kita memerhatikan penulisan tiap-tiap bagian surat. Jangan sampai apa yang kita tulis tidak sesuai dengan kaidah penulisan surat. Berikut ini adalah bagian-bagian surat serta kaidah penulisannya.
Kali ini akan dibahas bagian- bagian surat serta penulisannya, khususnya bagian-bagian pada surat resmi. Penting sekali kita memerhatikan penulisan tiap-tiap bagian surat. Jangan sampai apa yang kita tulis tidak sesuai dengan kaidah penulisan surat. Berikut ini adalah bagian-bagian surat serta kaidah penulisannya.
1. Kepala Surat atau Kop Surat
Unsur-unsur
kepala surat adalah:
a. unsur utama: nama perusahaan, alamat lengkap,
nomor telepon
b. unsur tambahan: logo/simbol jawatan/perusahaan,
nama bank langganan, alamat kantor
cabang, dan bidang usaha
Contoh penulisan kop surat
Salah:
P.T. RADIO FREQUENCY COMMUNICATION
(Manufacturing Consulting System
Design-Communication System)
Jl. Ir. H. Juanda No. 47 B.O. Box 70
Bandung
Telephone (022)912345, 674432
Facsimile (022) 977765
Telex 28765 FRCBGI
Benar:
PT RADIO FREQUENCY COMMUNICATION
(Manufacturing Consulting System
Design-Communication System)
Jalan Ir. H. Juanda No. 47 Kotak Pos
70 Bandung 40136
Telepon (022)912345, 674432
Faksimile (022) 977765
Teleks 28765 FRCBGI
2. Tanggal Surat
Tanggal surat
berfungsi untuk memberi tahu kepada si penerima surat kapan surat itu ditulis.
Tanggal surat dinas tidak perlu didahului nama kota, karena nama kota sudah
tercantum pada kepala surat. Nama bulan jangan disingkat atau ditulis dengan
angka (November menjadi Nov. atau 11). Tahun juga ditulis lengkap, tidak
disingkat dengan tanda koma di atas. Akhir tanggal surat tidak dibubuhkan tanda
baca apa pun. Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk penulisan surat pribadi.
Contoh penulisan
tanggal surat
Salah:
Jakarta, 28 Okt.
1987
Bandung, 28-10-‘87
Benar:
28 Oktober 1987
3. Nomor Surat
Setiap surat
keluar dari sebuah jawatan atau perusahaan harus diberi nomor untuk memudahkan
pengagendaan, pengarsipan, dan pengacuan
di dalam balasan surat. Oleh penerima
surat nomor surat yang diterima dapat disebutkan sebagai acuan atau petunjuk di
dalam surat jawaban. Demikian pula
memudahkan mencari surat itu kembali jika diperlukan, dan mengetahui setiap
waktu banyaknya surat yang keluar.
Nomor urut
surat hanya berlaku untuk tahun yang bersangkutan. Pada awal Januari tahun
berikutnya diurutkan kembali dari nomor satu dan seterusnya hingga akhir
Desember.
Setiap perusahaan mempunyai kode penomoran
sendiri, namun sekurang-kurangnya penomoran surat menunjukkan nomor surat
keluar, kode (jenis) surat, bulan, dan tahun surat.
Contoh:
Nomor:
35/SP/IV/1992
Keterangan:
35 - nomor urut
surat keluar
SP - singkatan
dari Surat Penawaran
IV -
penanda bulan (April) saat surat dikirim
1992 - tahun surat dikirim
Pada surat berjudul, nomor surat ditulis di
bawah judul surat tanpa garis pemisah.
Salah:
SURAT
KETERANGAN
Nomor:
SK/45/II/1994
Benar:
SURAT
TUGAS
Nomor:
32/ST/III/1994
Penulisan
nomor dan kode surat diatur sebagai berikut:
Kata Nomor (lengkap) diikuti tanda titik dua
atau jika nomor itu disingkat dengan No., penulisannya diikuti tanda
titik, kemudian tanda titik dua. Garis miring yang digunakan dalam nomor dan
kode surat tidak didahului dan tidak diikuti spasi. Angka tahun ditulis dengan
lengkap, dan tidak diikuti tanda baca apa pun.
Salah:
Nomor:32421/F8/UI.5/87.-
No:32421/F8/UI.5/87.-
Benar:
Nomor: 3245/F8/UI.5/1987
4. Lampiran
Penulisan Lampiran setelah nomor surat berguna
agar penerima surat dapat meneliti dan
melihat kembali banyaknya sesuatu yang dilampirkan. Yang dilampirkan itu dapat berupa buku,
fotokopi surat keterangan yang diperlukan, brosur, kuitansi, dan sebagainya.
Salah:
Lampiran: satu berkas
Lamp.: dua eksemplar
Lamp.: seratus dua eksemplar
Benar:
Lampiran: Satu berkas
Lampiran: Dua eksemplar
Lampiran: 102 eksemplar
Penulisan Lampiran
mengikuti aturan sebagai berikut:
Kata Lampiran
atau Lamp. diikuti tanda titik dua. Kemudian dicantumkan jumlah yang dilampirkan, anda baca apa
pun.
Huruf awal
kata satu dan dua harus kapital, sedangkan kata yang lain dengan
huruf kecil semua. Pada akhir lampiran tidak perlu ada tanda baca apa pun. Jika
bilangan yang menunjukkan jumlah barang
pada lampiran dapat dituliskan dengan satu atau dua angka, bilangan tersebut
dituliskan dengan huruf (seperti Satu berkas, Dua eksemplar). Akan tetapi, jika
bilangan itu lebih dari dua angka, pencantumannya dalam lampiran dengan angka
(misalnya: 102 eksemplar).
Salah
Lampiran
1. Lima lembar salinan ijazah
2. Tiga lembar
fotokopi surat kesehatan
3. Tiga lembar
pasfoto
Benar
Lampiran
1. Salinan ijazah
lima lembar
2. Fotokopi surat
kesehatan tiga lembar
3. Pasfoto tiga
lembar
Bila tidak ada
yang dilampirkan, kata Lampiran tidak perlu dicantumkan.
Salah
Lampiran: -
Lamp.: 0
5. Hal Surat
Penulisan Hal setelah Lampiran berguna
agar pembaca dengan cepat mengetahui hal yang dibicarakan dalam surat tersebut
sebelum membaca isi surat selengkapnya. Hal surat dituliskan dengan singkat. Sebaiknya digunakan kata Hal dan
bukan Perihal.
6. Alamat (bagian dalam) Surat
Digunakan sebagai petunjuk langsung siapa yang harus menerima surat. Alamat yang dituju ini sebenarnya tercantum pula
dalam sampul surat. Alamat (dalam surat) sekaligus dapat berfungsi sebagai
alamat luar jika digunakan sampul berjendela.
Penulisan
alamat (dalam) surat diatur sebagai berikut:
- Alamat yang dituju ditulis di sebelah kiri surat pada jarak tengah antara hal surat dan salam pembuka.
- Alamat surat tidak diawali kata kepada karena kata tersebut berfungsi sebagai penghubung intrakalimat yang menyatakan arah.
- Alamat yang dituju diawali dengan Yth. (diiukuti titik) atau Yang terhormat (tidak diikuti titik)
- Sebelum mencantumkan nama orang yang dituju, biasanya penulis surat mencantumkan sapaan Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr.
- Gelar akademik di depan nama seperti Drs, Ir, dsb , tidak digunakan
- Penulisan kata Jalan pada alamat tidak disingkat. Nama gang, nomor, RT, dan RW dituliskan lengkap dengan huruf kapital setiap awal kata. Nama kota dan propinsi dituliskan dengan huruf awal kapital, tidak digarisbawahi atau diberti tanda baca apa pun. Alamat pengirim dan alamat tujuan perlu dicantumkan kode pos, jika kota itu telah memilikinya.
7. Salam Pembuka
Salam pembuka merupakan tanda hormat penulis surat
sebelum penulis surat berkomunikasi.
8. Tubuh Surat
Tubuh surat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. paragraf
pembuka
2. paragraf
isi surat
Merupakan pokok surat yang memuat sesuatu
yang diberitahukan, yang dikemukakan, atau yang dikehendaki oleh pengirim
surat. Kalimat-kalimat dalam paragraf isi hendaknya
pendek, tetapi jelas, tidak menimbulkan salah tafsir. Rumusan surat juga harus menarik, tidak
membosankan, hormat dan sopan.
3. paragraf
penutup
Paragraf
penutup berfungsi sebagai kunci isi surat atau penegasan isi surat. Bagian ini
dapat pula mengandung harapan pengirim surat atau ucapan terimakasih kepada
penerima surat. Paragraf penutup berfungsi pula untuk mengakhiri pembicaraan
dalam surat.
9. Salam Penutup
- Berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat penulis surat
- Huruf awal kata salam penutup ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata lainnya ditulis dengan huruf kecil
- Sesudah salam penutup dibubuhkan tanda koma.
10.
Penanggung Jawab Surat
- Surat (dalam surat dinas) dianggap sah jika ditandatangani oleh pejabat yang berwenang (pemimpin ).
- Nama jelas penanda tangan dicantumkan di bawah tanda tangan dengan huruf awal setiap kata ditulis kapital, tanpa diberi kurung dan tanpa diberi tanda baca apa pun.
- Jika akan dicantumkan nomor induk pegawai pejabat yang bersangkutan, pencantumannya di antara nama jelas dan jabatan.
11. Tembusan
Tembusan berfungsi untuk memberitahukan kepada pembaca
bahwa surat tersebut dikirimkan juga kepada pihak lain yang perlu ikut
mengetahui pula isi surat itu.
Demikian, pembahasan mengenai bagian-bagian surta serta kaidah penulisannya.
SUMBER:
Dirangkum dari berbagai sumber
Termasuk Walija. 1995. Terampil Berkorespondensi. Jakarta: Pustaka Antara.
No comments:
Post a Comment