Lawakan tunggal atau komedi tunggal merupakan penyajian lawakan yang dilakukan oleh seorang diri di atas panggung. Komika, orang yang melakukan lawakan tunggal, menyampaikan sebuah topik dengan cara bermonolog. Melalui lawakan tunggal, seorang komika berusaha mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu, baik berupa kritik sosial yang berdasarkan penelitian maupun kegelisahan diri. Oleh karena itu, lawakan tunggal disebut juga sebagai komedi cerdas yang menyampaikan pesan bagi para pendengarnya.
Sebelum membuat lawakan tunggal, pahamilah beberapa istilah yang terdapat
dalam naskah lawakan tunggal berikut.
Set
up merupakan bagian tidak lucu yang berperan sebagai pengantar lelucon yang
disampaikan. Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up
berfungsi sama dengan krisis.
Contoh:
Anak saya itu
memang jarang liburan.
Punch
atau punchline merupakan bagian yang mengandung unsur humor dan seharusnya mengundang tawa penonton.
Pada bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi terhadap set up yang
diberikan. Punch disebut juga sebagai pembelok pikiran penonton karena berisi sesuatu
yang di luar kewajaran atas set up yang diberikan. Pada teks anekdot, punch
berfungsi sama dengan reaksi.
Contoh:
Saya bawa ke tempat
kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun
lego, pakai
batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya
jadi pos ronda.
Sepasang
kesatuan set up dan punch yang membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah
naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian
kecil dari naskah lawakan tunggal.
Contoh:
Anak saya itu
memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya.
Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain
nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.
Rule
of three merupakan sebuah cara untuk mengundang tawa penonton. Rule of three
digunakan melalui penyampaian tiga hal atau contoh sesuatu, tetapi contoh yang
ketiga berupa hal yang lucu atau punch. Contoh ketiga berisi hal yang tidak
terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan contoh sebelumnya.
Contoh:
Dia bilang gini,
“Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.”
1. Apakah tema yang
diangkat faktual dan tidak menyinggung SARA?
2. Apakah isi
naskah sudah sesuai dengan tema?
3. Apakah terdapat
kritik yang disampaikan dalam naskah?
4. Apakah kritik
disampaikan secara santun dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan
antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan
ujaran kebencian?
5. Apakah terdapat
unsur humor dalam naskah?
6. Apakah humor disampaikan secara menarik dan santun. Apakah humor yang disampaikan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian?
Kuasailah naskah yang telah ditulis sehingga kalian dapat menyampaikannya tanpa harus melihatnya. Bacalah berulang-ulang sambil bercermin agar kalian dapat menguasai naskah serta melihat ketepatan ekspresi atau gerak tubuh.
Adapun
hal yang perlu diperhatikan saat kalian menampilkan lawakan tunggal adalah
kesantunan dalam berbahasa. Meskipun anekdot atau lawakan tunggal mengandung
unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata
kasar. Penggunaan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan
lawakan tunggal, terlebih saat akan mengkritik orang yang ada di depan kita.
Selain itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang valid agar
kritik dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau audiensi.
Kesantunan
dalam berpakaian dan bersikap pun harus diperhatikan saat kalian ingin
menampilkan lawakan tunggal. Gunakanlah pakaian yang sopan, tetapi tetap
nyaman. Gunakanlah gestur atau gerak tubuh yang tidak membuat orang lain
memikirkan sesuatu yang kurang baik.
No comments:
Post a Comment