Mengidentifikasi Fakta dan opini dalam Teks Anekdot
Sebagai teks yang berisi fenomena sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat, anekdot tidak dapat lepas dari keakuratan sumber informasi atau fenomena yang diangkat. Kita harus memiliki sumber informasi yang memadai agar dapat menentukan apakah informasi yang disampaikan berupa fakta, opini, atau asumsi. Dengan membandingkan beberapa informasi yang didapatkan, kita dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan bertanggung jawab saat menyampaikan kritik.
Kita dapat memulainya dengan menganalisis fakta dan opini yang terdapat pada teks anekdot atau teks lain yang mengandung kritik sosial dengan sumber lain yang mendukungnya. Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi, sedangkan opini adalah pendapat; pikiran; pendirian seseorang terhadap sesuatu dan bersifat subjektif. Kita dapat menentukan apakah informasi yang terdapat dalam teks itu fakta atau opini dengan mencari referensi data yang valid terkait informasi tersebut.
Perbedaan fakta dan opini dapat dilihat dari tabel berikut:
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Oleh
kareta itu, di dalamnya menggunakan beberapa kaidah bahasa yang digunakan dalam cerita
pada umumnya. Kaidah kebahasaan yang digunakan, seperti kalimat langsung dan
tidak langsung, kata hubung kronologis, dan penunjuk waktu lampau. namun, ada
beberapa kaidah bahasa yang khas digunakan dalam teks anekdot.
Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah
jelas jawabannya? Itulah yang dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris
bisa dijawab oleh penanya itu sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk
menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara
halus.
Contoh:
Siapa yang tidak ingin bahagia?
Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?
Apakah setiap orang berhak berbuat baik?
Perhatikanlah beberapa pertanyaan berikut. Tentukan mana
yang merupakan pertanyaan retoris!
2) Kamu mau tersesat?
3) Siapa sih yang ingin jadi guru matematika?
4) Memangnya kita bisa hidup tanpa makan dan minum selamanya?
5) Mengapa kita harus berbuat baik?
6) Apakah anak itu menyayangi ibunya?
7) Apa cukup membeli pakai daun?
8) Siapa sih yang mau miskin selamanya?
b. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kelompok majas yang mengungkapkan
maksud atau gagasan dengan cara menyindir guna meningkatkan kesan dan makna kata
terhadap pembaca. Majas sindiran terdiri dari tiga macam, yaitu ironi, sinisme,
dan sarkasme.
Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud
dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya dengan tujuan
menyindir.
Contoh:
Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe
tutup karenanya.
Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran
menggunakan kata-kata kasar yang disampaikan secara langsung dengan setulus
hati.
Contoh:
Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur
timbangannya.Biar sewa, yang penting keren.
Sarkasme
Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras
di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan
menyinggung, menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan
menggunakan kata-kata yang kasar.
Contoh:
Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi
liburan. Jangan mimpi!
c. Kata Kerja Material
Teks anekdot banyak menggunakan kata kerja material, yakni
kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para
tokohnyadan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
Contoh:
Tatkala melintasi jembatan kecil itu, tiba-tiba orang
yang suku Kluet melihat seekor ikan lele di antara bekas orang seumeukruep.
Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”
Anak suku Aceh langsung melompat ke dalam kolam bekas
orang mencari ikan tersebut. Seorang kepala sekolah berbicara kepada para
siswa.
Sumber:
Gumilar, Sefi Indra dan Fadillah Tri Aulia. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
No comments:
Post a Comment